Serunya Traveling 3 Hari 2 Malam di Pulau Lombok
Ketika waktu libur tiba, sebisa mungkin saya akan menyempatkan waktu untuk berlibur entah di daerah sendiri atau ke luar kota bersama teman-teman. Namun, untuk kali ini bisa dibilang traveling yang paling berkesan dan istimewa bagi saya. Kenapa? Karena travelingnya ke luar pulau jawa sobat jauh dari tempat tinggal saya Bojonegoro. Yeay.. Pulau Lombok! (maaf heboh dikit, hehe.. baru pertama kali soalnya).
Hari Ke-1: Bojonegoro-Surabaya-Lombok
Perjalanan dimulai dari Bojonegoro menuju Surabaya menggunakan transportasi bis dengan jarak tempuh 3 Jam. Kemudian lanjut perjalanan dengan pesawat terbang, kita tempuh sekitar 1 jam 5 menit berangkat dari Bandara Juanda jam 08.00 WIB sampai di Lombok Bandara Internasional Lombok (Praya) pukul 09.05 WITA.
Tiba di bandara internasional lombok.
Setibanya di bandara BIL di Praya, kami langsung dijemput oleh tour guide dengan bis Damri. Setelah makan siang di restoran, saya bersama rombongan dibawa menuju Desa Sukarara di Lombok Tengah. Nah, di desa ini kita mengunjungi sebuah toko yang menjual kain songket dan tenunan khas Lombok. Tenunannya bagus-bagus lho, harganya pun juga tidak murah, berkisar dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah, maklum tenunan tangan.
Berkunjung ke desa sukarara.
Selain itu, di luar toko kita juga bisa menyaksikan perempuan-perempuan dari suku Sasak sedang menenun songket. Mereka adalah pegawai yang dipekerjakan oleh pemilik toko untuk menenun dengan alat tradisional. Para perempuan Sasak itu bekerja dari pukul 8 pagi hingga pukul 17 sore, duduk dengan posisi kaki menjulur ke depan sembari menenun sehelai demi sehelai benang. Dalam satu hari mereka mampu menenun kain sepanjang 15 cm.
Dari Desa Sukarara, selanjutnya rombongan kami bertolak menuju desa wisata yang bernama Desa Sade, salah satu desa wisata di Lombok Tengah yang pesona dan keunikannya perlu kalian tahu. Desa wisata yang satu ini memberikan pengalaman unik bagi pengunjungnya dengan melihat dari dekat kehidupan sehari-hari suku Sasak, yaitu suku asli yang mendiami Pulau Lombok.
Gerbang masuk desa sade
Tarian sambutan warga desa sade.
Tradisi suku sasak - lombok tengah.
Baru masuk ke desa ini kami sudah disambut oleh senyum ramah dari para warga, disuguhi tari-tarian tradisional serta ditemani dengan seorang guide asli penduduk desa kamipun diajak berkeliling kampung. Desa Sade sendiri memiliki luas kurang lebih 6 Ha dan saat ini ditinggali oleh sekitar 152 kepala keluarga. Hebatnya pemerintah daerah setempat bersama dengan pemangku adat desa sengaja mempertahankan keaslian adat istiadat lokal di desa ini. Oh iya, sebagian besar penduduk desa ini hidup dari kegiatan bertani, pengrajin kain tenun ikat khas Lombok dan pengrajin cinderamata.
Mengelilingi rumah adat suku sasak.
Yang tak kalah menarik yakni keberadaan rumah adat Suku Sasak seluruhnya masih terbuat dari bahan-bahan alami. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu sedangkan atapnya dari rumbia. Uniknya lagi untuk lantainya, secara rutin dilumuri oleh kotoran kerbau, katanya sih kotoran kerbau bisa membantu menutupi lubang-lubang lantai rumah. Tapi untungnya saya tidak mencium bau atau aroma kotoran kerbau selama berada di dalam rumah. (Bukan sulap bukan sihir.. hehe).
Setelah melihat-lihat perkampungan Suku Sasak, kami meneruskan perjalanan ke Pantai Tanjung Aan. Sebenarnya, Tanjung Aan ini dekat banget sama Pantai Kuta Lombok. Kalau Pantai Kuta di bagian depan, persis di pinggir jalan, maka Tanjung Aan berada agak ke dalam. Oh iya, Pantai Kuta dan Tanjung Aan ini sama berada di pantai Selatan.
Berfoto di tepi pantai tanjung aan.
Jalan menuju ke Tanjung Aan sangat kecil, dan berbatu. Jadi sensasinya macam naik kapal waktu ke sana. Lumayan agak pusing juga sih, dengan kondisi bis yang goyang-goyang. Tapi saya jamin, kalian tidak akan bosan. Karena sepanjang perjalanan kalian akan disuguhi pemandangan yang tak kalah indahnya. Hewan ternak, juga dilepas begitu saja. Setelah 10 menit, dan melihat hamparan pantai yang terbentang sepanjang perjalanan, rasa pusing dan letih itu hilang. Berganti dengan ucapan syukur dan senyum yang terus mengembang. Asli pantainya keren banget, disini kita bisa berfoto-foto sambil menikmati keindahan serta semilirnya angin pantai.
Tak terasa hari mulai sore, kami memutuskan untuk beristirahat menuju Hotel Holiday Resort Lembok yang berlokasi di sepanjang garis pantai Desa Mangsit, tepatnya di Utara Pantai Senggigi. Holiday Resort Lombok bisa dijangkau dari pusat keramaian senggigi hanya menempuh waktu 10 menit. Jika dari bandara sekitar satu jam 40 menit.
Ketika drop-off saya bersama rombongan disambut hangat oleh staff hotel, mereka mengantarkan kami ke proses check in. Sembari menunggu persiapan kamar, saya melihat lobby dengan bangunan yang menarik, interior atap masih menggunakan kayu, lobby menyatu dengan Rinjani Restaurant, di sebrangnya berhadapan dengan Sasak Meeting Room dengan konsep yang unik, pun terdapat seperti meja bar setengah melingkar.
Suasana santai di taman hotel.
Pemandangan pantai terlihat di belakang hotel.
Selang beberapa menit, kunci kamar sudah di tangan, kemudian staff hotel kembali dan kemudian mengantarkan beberapa barang dengan menjinjing tas saya ke kamar, sungguh ramah. ketika membuka jendela kamar, kami sempat dibuat tertegun karena kamar yang letaknya tidak terlalu di ujung ini masih bisa mengintip Pantai Senggigi. Pohon palem di mana-mana, rumput hijau bak karpet di bawahnya, kamar-kamar strategis letaknya yang cocok untuk berfoto. Dan malam pun tiba, kami istirahat dulu yaa..
Hari Ke-2: Liburan Ke lombok Belum Lenkap Jika Tidak Mengunjugi Gili Trawangan.
Keesokan harinya, sekitar jam 9 bis sudah menjemput rombongan dari hotel untuk menuju pulau ke Gili Trawangan di Lombok Utara. Gili artinya pulau, sedangkan trawangan artinya terowongan. Sepanjang perjalanan dari Senggigi menuju pelabuhan penyeberangan, kita disuguhi pemandangan yang sangat indah. Hari ke-2 ini bisa dibilang sehari semalam kami akan menghabiskan waktu di Gili Trawangan.
Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit, sampailah kita di pelabuhan penyeberangan menuju Gili Trawangan. Untuk menuju ke Gili Trawangan, kita bisa naik perahu shuttle yang berangkat tiap satu jam sekali. Namun shuttle hanya berangkat jika jumlah penumpang sudah mencapai kurang lebih 15 sampai 20 orang. Jika belum mencapai kuota, kita harus menunggu dulu. Jika tidak mau menunggu, kita bisa menyewa kapal cepat yang mengantar bisa kita pergi dan pulang (seperti yang kami naiki).
Naik fast boad untuk menyebrang ke gili trawangan.
Perjalanan menuju Gili Trawangan kira-kira sekitar 15 menit kalau tidak salah (maaf lupa, saking asiknya naik perahu jadi tidak terasa sudah sampai..). Air lautnya sangat jernih. Selain Gili Trawangan, masih terdapat dua pulau lagi di sekitarnya yaitu Gili Meno dan Gili Air.
Perahu motor yang kami naiki melaju dengan kencang membelah lautan, setiap kali perahu motor itu menabrak ombak maka tubuh kami seperti digoncang-goncang dengan keras. Semua orang sampai harus berpegangan erat pada apa saja agar jangan sampai jatuh. Kecuali para guide yang pastinya sudah terbiasa dengan goncangan ombak di lautan Lombok ini, mereka duduk dengan tenang meski perahu motor terus bergoncang-goncang. Namun, akhirnya sampai juga..
Cidomo, alat transportasi di gili trawangan.
Sesampainya disana, kami terlebih dahulu langsung menuju ke tempat penginapan yang sudah dipesan. Ditengah perjalanan banyak yang terlihat unik dari Gili Trawangan (termasuk dua gili lainnya juga sih) yaitu penggunaan alat transportasinya yaitu tidak menggunakan kendaraan bermotor. Ketentuan ini berdasarkan peraturan lokal yang melarang penggunaaan kendaraan bermotor. Sebagai gantinya adalah sarana transportasi tradisional yaitu Cidomo, kereta kuda sederhana yang umum dijumpai di Lombok. Satu-satunya alat transportasi modern yang dipakai di Gili Trawangan adalah sepeda yang memang disewakan oleh masyarakat setempat untuk para wisatawan.
Banyak turis asing berseliweran di Gili Trawangan, suasananya pun tak jauh berbeda ketika anda pernah traveling di Pantai Kuta Bali. Di sepanjang pantai berjejer puluhan penginapan dan hotel dari harga murah hingga mahal, lalu pemandangan bule-bule berjemur di pantai. Mayoritas pengunjung Gili Trawangan adalah bule.
Tak lupa siang harinya menyempatkan waktu untuk Snorkeling. Wajib nih, masak jauh-jauh datang ke Lombok tapi tidak mencoba snorkeling, pemandangan bawah lautnya terlalu indah untuk dicuekkin gitu aja. Apalagi didalem sana ada si Nemo, jadi menambah rasa penasaran untuk mengintip dan melihat keindahannya underwater.
Ceria.. Naik perahu menuju lokasi snorkeling.
Nyemplung laut alias snorkeling.
Perjalanan dari pantai menuju lokasi snorkeling kira-kira memakan waktu sepuluh menit. Pemandu lokal mengajarkan kepada kami cara bernapas dengan mulut melalui snorkel. Jujur, saya waktu itu agak kesulitan dan belum menguasai betul cara bernafas melalui mulut. Namun mas-mas guide memberikan semangat agar pede aja, awak perahu akan siap membantu bila nanti kami mengalami kesulitan saat snorkeling. Lagian malu dong sudah pakai baju pelampung dan masker snorkeling trus nggak jadi snorkeling. haha. Nyemplung deh..
Sore harinya, sebenarnya ada agenda melihat Sunset tapi gagal karena tertutup mendung. (Gakpapa deh, belum rejeki). Tidak berhenti disitu, acara berlanjut pada malam harinya dengan makam malam bersama ala-ala di pinggir pantai gitu deh sambil menikmati suasana malam minggu di Gili Trawangan. Kebetulan tiap malam disana ada banyak hiburan seperti live music yang pasti menambah suasana makan malam menjadi ceria cenderung romantis, loh..
Dan berhubung ada live music, saya pun mencoba menyumbangkan suara dengan bernyanyi diiringi pemain band dihadapan para bule (dengan pede saya menyanyikan lagu dari Sheila On 7, alhasil para bule pun menikmati meskipun tidak tahu lagunya.. haha). Hingga larut malam, waktu beristirahat telah tiba, dan saatnya kembali ke penginapan.
Live music di pinggir pantai gili trawangan.
Hari Ke-3: Menikmati Sunrise, Belanja oleh-oleh terus pulang
Dihari terakhir tepatnya pada pagi hari setelah shalat subuh, saya bersama beberapa teman menyempatkan diri untuk bersepeda keliling pulau Gili Trawangan sembari menunggu Momen Sunrise di pinggir pantai. Kebetulan lokasi untuk menikmati sunrise cukup dekat dengan penginapan kami.
Sunrise di gili trawangan.
Beberapa menit setelah mengayuh sepeda, keindahan yang kami tunggu akhirnya perlahan mulai muncul dari balik pegunungan, pancaran cahaya orange sedikit demi sedikit menyinari bumi. Seketika itu juga kami bergegas menuju pinggir pantai untuk mengabadikan momen indah ini lewat foto. Secara bergantian saya bersama teman berpose sambil mengucap syukur karena dapat melihat salah satu Anugerah dari Sang Pencipta. Dan kami pun bergembira..
Setelah menyaksikan sunrise kami melanjutkan gowes atau bersepeda keliling pulau, mencari tempat-tempat yang menarik untuk di explore sekaligus berfoto (mumpung di lombok, koleksi foto sebanyak-banyaknya, hehe..)
Bersepeda keliling pulau gili trawangan.
Selfie ala-ala wanderlands.
Tak terasa jam menunjukan pukul 08.00 WITA, waktunya kami sarapan pagi sembari berkemas-kemas untuk pulang. Namun sebelum menyebrang ke pelabuhan, saya bersama rombongan menyempatkan diri berkunjung ke penangkaran penyu. Ya, di Gili Trawangan juga terdapat tempat konservasi penyu (Turtle Conservation). Di sini kita bisa melihat tukik (bayi penyu) ditangkar di dalam sebuah akuarium besar.
Gemes, meilihat lucunya si kura-kura.
Pukul 09.00 WITA, kami kembali ke pelabuhan dan melanjutkan perjalanan kembali ke Senggigi. Agenda berikutnya adalah wisata belanja mutiara di Senggigi. Lombok terkenal sebagai tempat penghasil mutiara air tawar dan mutiara air laut.
Puas melihat mutiara, lalu tak lupa kami mampir ke toko oleh-oleh khas lombok untuk memberi buah tangah bagi keluarga dan teman dirumah. Setelah membeli oleh-oleh lain seperti kaos, makanan (dodol rumput laut, madu Sumbawa, sambal taliwang, dll), kami bersiap-siap kembali ke Bandara. sebelum ke Bandara, kita bisa makan dulu menikmati sambal plecing kangkung dan ayam taliwang di sebuah restoran. Selanjutnya menuju Bandara untuk pulang menuju Surabaya dan Bojonegoro.
Post a Comment for "Serunya Traveling 3 Hari 2 Malam di Pulau Lombok"